Kehidupan ummat manusia timbul dan tenggelam dalam samudra sejarah. Keterpurukan dan kebangkitan datang silih berganti.
Adam ‘Alaihissalam yang telah bangkit
kembali dari sebuah “ketergelinciran kecil” turundaru syurga sebagai
“Insan yang bangkit” dengan status sebagai seorang Nabi. Sepuluh
gengerasi setelah turunnya Adam ‘Alaihissalamke bumi, manusia berada
dalam kehidupan bertauhid. Sampai datanglah suatu ketika sebuah generasi
tergelincir dan terpuruklah generasi sesudahnya.
Kemudian Alloh mengutus Nuh
‘Alaihissalamuntuk membangkitkan kaumnya dari keterpurukan total, dimana
mereka telah menghinakan diri sendiri dengan menyembah berhala-berhala
mati. Nuh pun menda’wahi kaumnya selama 950 tahun, tetapi yang beriman
hanyalah sedikit. Mereka yang tidak berimanpun terbinasakan, sedangkan
yang beriman terselamatkan, mulai saat itu kehidupan manusia pun
berlanjut dalam kebangkitan, akan tetapi keterpurukan di rentang-rentang
generasi selanjutnyapun kembali terulang. Para rosul dan nabi pun
diutus untuk mempelopori kebangkitan di negeri masing-masing. Seperti
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, Musa ‘Alaihissalam, Isa ‘Alaihissalam.
Sampailah datang suatu zaman Jahiliah
yang melanda jazirah Arab, yaitu ketika manusia kembali terpuruk dan
menjadi hamba-hamba untuk berhala-berhala hina serta mengikuti syari’at
pemujaan setan, akal yang Alloh berikan kepada mereka, digusur dengan
minuman-minuman keras yang sangat merajalela. Manusia pada waktu itu
tidak lagi berjalan dengan akalnya, melainkan disetir oleh hawa nafsu
kebinatangannya. Yang kuat memeras yang lemah. Wanita tidak lagi
dianggap sebagai manusia, melainkan semata simbol seks dan pemuas hawa
nafsu. Akidah yang dibawa para Nabi sebelumnyapun telah lenyap ditelan
kebodohan. Mereka tidak lagi menyembah Alloh, Pencipta alam semesta,
melainkan menyembah patung-patung yang mereka ciptakan sendiri. Kitab
suci yang dibawa para Nabi, seperti Injil dan lain-lain pun mereka
gerogoti kemurniannya. (lihat Al SirohNabawiyah, Abul Hasan Al Nadwi, hal. 19-67).
Jazirah Arab pada waktu itu benar-benar
dalam puncak kegelapan dan kerendahan moral. Sengsaralah umat manusia
ketika itu, sampai tiba waktunya fajar baru menyingsing… fajar yang
sinarnya akan segera melenyapkan gelapnya kehidupan Jahiliyah… Itulah
fajar kelahiran Nabi Muhammad, fajar Islam terakhir sekaligus sebagai
tanda berakhirnya keterpurukan total…
Kelahiran Rasulullah
Nabi Shalallohu ‘alaihi
wasallamdilahirkan dari pasangan Abdulloh bin Abdul Muttholib yang
menikah dengan Aminah binti Wahab dari kabilah Zuhrah, dan beliau
dilahirkan dalam keadaan yatim, dikarenakan sang ayah meniggal saat
beliau masih berada dalam kandungan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan
oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah.
Beliau Shalallohu ‘alaihi wasallam
dilahirkan di kota Makkah pada hari senin, berdasarkan sabda beliau
tatkala beliau ditanya tentang puasa sunnah pada hari senin, beliau
berkata:
“Hari itu adalah hari kelahiranku, dan hari saat aku menerima wahyu”.(HR. Muslim)
Nasab
Beliau Adalah Muhammad bin Abdillah bin
Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin
Murah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadharbin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikahbin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’ad bin Adnan. (Fathul Baari, 7/162)
Nasab beliau ini sangatlah mulia, bahkan
hal inipun diakui oleh musuh-musuh Islam ketika itu, termasuk oleh
Heraklius sang kaisar Romawi. (lihat: Bukhori, Kitab Bad’u al wahyi, no.6)
Bulan Kelahiran
Ulama berbeda pendapat mengenaihal ini,
namun pendapat yang benar adalah pada bulan Rabiul Awwal, namun para
ulama kembali berselisih ketika menetapkan tanggal berapakah beliau
dilahirkan? Ada yang mengatakan tanggal 2, ada yang berpendapat tanggal
8, 9, 10, 12, 17, dan ada pula yang berpendapat tanggal 22. (Dr. Zaid bin Abdul Karim, Fikih Shiroh, hal. 51).
Tahun Kelahiran
Ibnu Qoyim sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsirdalam al-Bidayah wanNihayah, 2/276menjelaskan bahwa kelahiran beliau adalah pada tahun gajahdan bertepatan dengan tahun 571 Masehi.
Setelah beliau Shalallohu ‘alaihi
wasallamdilahirkan dalam keadaan yatim, ibunya mengirim beliau kepada
sang kakek (‘Abdul Muththolib). Di hari yang ke tujuh dari kelahirannya,
sang kakekpun memotongkan kambing dan mengundang orang-orang Quraisy,
setelah mereka selesai makan, Abdul Muththolib memberitahu kepada para
tamu undangan bahwa nama cucunya itu adalah Muhammad, dimana nama
tersebut adalah nama yang asing di kalangan bangsa Arab saat itu,
kecuali bagi beberapa orang tua yang mengetahui nama Nabi akhir zaman
adalah Muhammad, sehingga menamakan anaknya dengan nama tersebut dan
berharap anaknya nanti akan menjadi nabi akhir zaman.
Dari kisah tersebut, maka kita bisa
mengambil pelajaran bahwa sesungguhnya gelombang pengutusan para Nabi
dan Rasul pada hakikatnya ialah untuk mengentaskan keterpurukan ummat
dengan kembali mentauhidkan Alloh, begitu pula yang terjadi pada diri
Rosululloh Muhammad Shalallohu ‘alaihi wasallam, Alloh telah
mempersiapkan beliau untuk menjadi pelopor gerakan kebangkitan. Dan
kenyataan yang kita hadapi pada saat ini tidaklah jauh berbeda dengan
kondisi di zaman Jahiliyah, sementara Alloh Subhanahu wata’alasudah
tidak lagi mengutus rosulnya, maka dari itu kita sebagai Ummat Islamlah
yang wajib berusaha membangkitkan ummat dengan mengusung da’wah
kemurnian, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Rosululloh Shalallohu
‘alaihi wasallamdan para shahabatnya.
www.hasmi.org
0 komentar:
Posting Komentar