Pacaran atau Menikah….?

Sobat semoga dirahmati oleh Alloh Ta’ala, sebagai anak muda yang namanya cinta pastilah udah gak asing buat kita. Selain ini adalah sebuah fitrah buat manusia yang Alloh Ta’ala berikan, juga merupakan nikmat dan karunia yang harus disyukuri karena kita terlahir dengan kondisi normal yaitu memiliki rasa cinta antara makhluk yang Alloh ciptakan. 

Terkait hal itu sobat, ada yang bikin kita miris dan sedih nih, ternyata dari cinta itu banyak yang disalah gunakan dan malah menjadi bencana bagi generasi muda kita, tentunya karena sebab. Misalnya saja cinta terhadap lawan jenis yang seharusnya terikat secara fitrah yakni dengan pernikahan disalah gunakan dengan cara pacaran, pergaulan bebas dan lain sebagainya. padahal Alloh Ta’ala telah berfirman didalam surat ar-Ruum ayat ke 21 (yang artinya):

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian  isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa  tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih dan sayang,  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”

Nah sobat, dalam ayat ini Alloh Ta’ala tidak mengatakan “menciptakan untukmu pacar-pacar kalian” akan tetapi disebutkan “istri-istri kalian” yang artinya pacaran tidak disyari’atkan didalam Islam dan yang namanya istri tentunya disebut setelah akad pernikahan. Inilah fitrah yang harusnya kita pahami. Karena itu, jelaslah pacaran adalah sebuah pelanggaran terhadap fitrah dan merupakan perbuatan kemaksiatan.  Alloh Ta’ala berfirman (yang artinya):

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isro’: 32)

Nah sobat, telah kita ketahui yang namanya pacaran pasti mendekati zina, bahkan bias dibilangn nggak ada pintu penghalang antara keduanya. Realitanya banyak kasus MBA, karena apa itu? Karena apa lagi kalau bukan pacaran. Naudzubillah, semoga Alloh melindungi sodari-sodari kita. 

Karena itu, selain merupakan fitrah, Pernikahan juga akan menjamin hak-hak perempuan yang dilindungi oleh kaum lelaki yang menjadi suaminya, Di sisi lain, ia akan melaksanakan kewajibannya terhadap suaminya, Oleh karena itu, seorang perempuan yang dinikahi secara sah, akan mendapatkan perlindungan laksana seseorang yang berada di dalam benteng yang kokoh.

Al-Qur’an telah menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (yang artinya orang yang terbentengi) Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga. 

Sebagaimana penjelasan diatas, Penggunaan kata muhshon untuk laki-laki dan muhshonah untuk perempuan, mencerminkan kedudukan yang ada dalam pernikahan bagi laki-laki dan perempuan. Dengan pernikahan, perempuan ditempatkan dalam posisi yang jauh dari berbagai tuduhan yang melecehkan martabatnya, seperti pelacur atau wanita murahan, kecuali bagi mereka yang mau.

Karena itu sobat, Perempuan yang terikat dalam pernikahan yang sah sebagai seorang istri, tidak dapat diperlakukan semena-mena oleh laki-laki atau suaminya, Hal ini dikarenakan ia memiliki jaminan hukum yang jelas dan perlindungan sosial yang tegas, Dari sisi hukum, ia mempunyai hak-hak tertentu terhadap suaminya, Dari sisi sosial, ia akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat apabila suaminya bertindak semaunya terhadapnya, Inilah keutamaan pernikahan bagi wanita secara khusus. 

Coba kita bandingkan dengan pacaran, siapa yang akan menjamin hukum dari segi social? Terlebih dalam agama yang akan mendatangkan malapetaka. Wal’iyazdubillah

Al-Imam Al-Ghozali pernah berkata, “Perkawinan adalah penenangan jiwa dan kesenangan kepada istri, yaitu tatkala bersanding bersamanya, memandang, dan bercanda. Perkawinan juga menentramkan hati dan menambah kekuatan untuk beribadah, Karena jiwa itu mudah jemu lalu menghindari kebenaran, Sebab ia berbeda dengan tabiatnya, Andaikata jiwa terus-menerus dibebani sesuatu yang kurang disukai, maka ia akan berteriak dan lari,, Namun jika ia dihibur dengan kesenangan, maka ia menjadi kuat dan bersemangat,” 

Adapun jikalau kita belum siap menikah, karena mungkin muda atau lain sebagainya. Syari’at Islam mengajarkan untuk kita berpuasa, karena hal tersebut mengurangi hawa nafsu kita, para ulama menjelaskan syahwat atau hawa nafsu tibul karena seseorang banyak makan, sedangkan puasa membuat seseorang merasa lapar. Adapun hal lain yang tak kalah penting adalah menjauhi segala sarana yang akan mendekatkan kita kepada hal yang diharamkan. Setelah kita ketahui pacaran haram, jangan sampai kita banyak berteman dengan orang yang berpacaran kecuali jika kita ingin mendakwahkannya atau menasihatinya, tapi hal ini jarang sekali ada yang kuat. Karena kebanyakan seseorang malah condong mengikuti hawa nafsu yang buruk, lihat orang pacaran jadi pengen. 

Kemudian juga jauhi media yang mempromosikan pergaulan bebas, seperti televisi dengan di penuhi iklan dan sinetron enggak karuan ataupun internet, dan media-media lainnya. Serta menjauhi ikhtilat (bercambur baur antara laki-laki dan perempuan) dan kholwat (berdua-duaan).

Nah satu nih sobat, carilah teman bergaul yang baik jangan yang ngomongin pacaran atau gaul-gaulan mulu, kemudian bergabung dalam kelompok belajar seperti organisasi Rohis jika disekolah atau LDK jika dikampus, atau organisasi sosial serta kegiatan diluar itu yang bisa mengajak kita kepada hal bermanfaat. Lalu mendengarkan info-info keislaman atau kajian, seperti mendengarkan Radio FAJRI 99.3 FM ( www.fajrifm.com ), banyak menyibukan diri dengan kegiatan bermanfaat dan lain sebagainya. Karena hal ini bisa mengurangi pikiran-pikiran gak jebo. Insya Alloh jika kita berazam kuat, Alloh Ta’ala akan memudahkan. Hanya kepada Alloh kita memohon hidayah. Wallohu’alam. (Admin)